Sebelumnya maaf dulu karena sedikit mirip dengan novel lain tapi ending saya buat berbeda. Terima kasih.
EARLY DARKNESS
“THE VAMPIRE
HUNTER”
BAB 1
Tubuhku
terasa remuk saat perkelahianku tadi dengan vampir. Yang benar saja jika saja
aku sepenuhnya manusia pasti aku sudah mati dan orang-orang sudah menabur bunga
di atas pemakamanku.
Sepertinya
akan susah untuk mengendarai mobil tua ini ditambah ada seekor mayat vampir di
bagasi. Aku mendengus, lalu aku mengendarainya dengan cepat.Sangat cepat. Akhirnya hari ini aku bisa
membunuh seekor vampir, semoga besok aku beruntung lagi dan membunuhnya.
Citttttttt....aku mengerem terlalu mendadak “Oh sial” kataku dengan kesal dan
takut “Apa yang sedang dilakukan Sherif malam-malam seperti ini?”. Yang pasti
selalu mengecek para pengendara atau seseorang yang mencurigakan. Pikirku
dengan bodoh.
“Hai
nak apa yang kau lakukan malam selarut ini? Ini jam 2 sudah hampir fajar” kata
Sherif itu dengan menyenteri aku dari atas sampai bawah. “Oh tidak ada pak
hanya saja aku memerlukan angin untuk dihirup, ya kau tau seorang mahasiswa
butuh refreshing sedikit setelah lama belajar kan?”. “Benarkah begitu? Lalu apa
yang ada di dalam bagasimu itu aku akan memeriksanya”. Oh sial gumamku. “Oh
tidak, kau tidak perlu memeriksanya di dalamnya hanya berisi buah-buahan”.
Bohongku. “Kalau begitu salah satunya ada yang bocor, kau tidak mau melihatnya?”.
Tanyanya dengan curiga. “Tidak perlu” suaraku melengking. “Aku sudah terbiasa
dengan hal itu jadi tidak usah khawatir, apakah aku boleh pergi Sherif?”. Aku
memiringkan kepala dan menyipitkan mataku dengan memohon. “Baiklah. Tapi
dengarkan aku jangan keluar malam-malam seperti ini tidak baik untuk seorang
wanita sepertimu”. “Aku akan mencobanya” aku melajukan mobil dengan kencang.
Walaupun sudah karatan toh kecepatannya masih sangat berfungsi.
Akhirnya
aku terbebas dari Sherif gila itu. Jika saja tadi aku tidak melodramatis pasti
aku sudah di sel penjara sekarang, saat ini juga. Aku berteriak senang di
jalanan seperti orang gila. Bagaimana tidak? Hari ini ada dua keberuntungan
berpihak padaku. Yang pertama aku berhasil membunuh seekor vampir dan yang
kedua aku berhasil membodohi Sherif. Yah menurutku keberuntungan ke dua
tidaklah begitu menguntungkan tapi menurutku itu menarik.
Aku
membuka pintu dengan pelan-pelan. Jika tidak ibuku pasti sudah memarahiku aku
keluar malam-malam. “Katherin apa itu kau?” tanya ibuku dari dapur. Mati aku,
aku lupa kalau ibuku sudah bangun sejak tadi. Lalu aku akan bilang apa padanya?
Apakah aku akan memberitahukan kabar gembiraku ini bahwa aku berhasil membunuh
seekor vampir malam ini? Oh tentu tidak. “Katherin..!! jangan bohong aku tahu
kau di sana”. Seru ibuku memanggilku. “iya bu ada apa?” suaraku datar tanpa ada
masalah. “Tidak, hanya saja ibu khawatir terhadapmu, sejak tadi ibu panggil kau
tidak mengeluarkan suara sekalipun”. Deg.
“ehm aku ehm a aku sejak tadi di kamar mandi bu, perutku terasa sakit , aku
terkena diare”. Jawabku dengan percaya diri dan aku ber-bo-hong. “oh ibu kira
kau keluar malam lagi, jangan lupa minum obat lalu istirahat, kalau tidak ibu
akan memukulmu nanti”. Dengan nada mengancam. Yah sebetulnya ibuku tidak
berniat begitu dia hanya sangat khawatir kepadaku. Aku mendengus sekali.
“Baiklah bu”.
Aku
segera mandi setelah itu berganti pakaian piyama. Lalu aku merebahkan tubuhku
di atas kasur yang masih sakit dengan perkelahian hari ini. Aku masih membayangkan
hari ini aku membunuh seekor vampir dan menguburnya. Aku memotong kepalanya
sekedar untuk berjaga-jaga agar tidak hidup lagi. Aku heran kenapa ada vampir
di dunia ini? Aku kira vampir itu hanya mitos yunani yang dibuat-buat oleh
orang-orang terdahulu. Gumamku. Tapi adanya vampir itu memang benar-benar ada.
Apa ada makhluk lain yang mengerikan selain vampir? Gumamku. Kemudian aku
mengerjapkan mata.
Kuliah hari Sabtu ini sangat
membosankan. Bagaimana tidak?. Dosennya
hanya mengoceh dan menurutku tidak menarik. Dosennya saja tidak rupawan mana
mungkin ada mahasiswa yang tertarik untuk mendengarkan ocehannya. Celotehku
sendiri. Setelah itu aku segera pulang.
“Hai bu” aku mencium pipi kanan
ibuku. “oh iya Katherin hari ini ibu tidak di rumah, ibu akan ke rumah
kakek-nenekmu, dengan terpaksa kau harus tinggal di rumah sendiri, ingat jangan
keluar malam lagi dan jangan lupa untuk mengunci semua pintunya”. “Siapp
bosss...aku mencintaimu ibu hati-hati di jalan”. Akhirnya hari ini aku bisa
beroperasi dengan lancar tanpa ada kecurigaan sekalipun. Mungkin aku akan
berangkat jam 8 oh tidak aku akan berangkat jam 12. Tepat para vampir atau penghisap
darah berkeliaran. Tawaku dengan bangga dan senang.
Sementara itu aku mandi dan
berdandan dengan molek agar para vampir terpikat olehku dengan begitu akan
begitu mudah untuk memburu mereka semua. Aku tersenyum puas. Aku hanya
mengenakan celana jeans agak longgar, tank top dengan hem merah panjang selutut
dan sepatu coklat dan tidak lupa belati perak yang aku selipkan di saku sepatu
coklatku yang agak besar dan tebal. Tidak lupa dengan sekop untuk menggali
kuburan mereka. Oh tentu saja aku menaruhnya di bagasi dulu. Itu bagian
terpentingnya. SIAP MELUNCUR Katherin Brenner.
Di Bar seperti biasa hari Sabtu
sangat ramai dan padat. Aku duduk di kursi depan bertender yang menyiapkan
minuman. Aku hanya memesan air putih biasa. Yah aku tidak minum minuman keras
hanya akan merusak sel-sel kita dan melemahkan saraf otak. Berjam-jam aku duduk
di sini tapi tidak ada seekorpun vampir yang datang. Tidak, aku tidak mencium
aromanya dan hawa udara seperti aliran listrik juga tidak kurasakan. Aku sudah
merasa bosa. Memburu vampir? Tidak. Tapi para pria murahan yang memohon untuk
memaksaku berdansa dengannya. Mereka akan mengacaukan aku dalam beroperasi kali
ini. Tiba-tiba. Aku merasakan hawa aneh di udara dan aromanya seperti...vampir.
Gumamku. Rambut yang berwarna platinum, hidung mancung, tinggi badan sekitar
180 cm, lampu di bar berkelap-kelip yang menyebabkan kulit pucat pria itu berkilauan,
sangat tampan dan menawan. Tidak , tidak Katherin kau tidak boleh seperti itu
tujuanmu kesini hanya satu. Memburu
vampir. Bukan mengomentari mereka secara fisik.
“Hai tampan mau berdansa
denganku?” kataku yang menggoda tapi menjijikkan. Tampan? Tidak itu hanya
taktikku beroperasi malam ini. “Jangan sekarang!!” Suara yang lembut tapi
lantang saat diucapkan. “Maaf?” sebelah alisku terangkat. “Jadilah gadis yang
baik dan menjauh dariku nanti aku akan
menemukanmu”. Pria itu pergi dan meninggalkanku. Kemudian aku pergi ke toilet
apa ada yang salah. Tidak. Tidak ada yang salah denganku. Apa aku terlalu
blak-blakan mengajak dansa atau sekedar kencan dengannya. Aku kembali ke kursi
dan aku mencium hawa aneh di udara. Tepat
sekali. Ada vampir lagi dan tidak boleh lolos kali ini. “Hai cantik mau berkencan denganku, Namaku
Brian Jones”. Pria itu berkenalan dengan sopan. Aku menoleh “Tentu”. “Ayolah
setidaknya diantara kita ada yang bersikap sopan benarkan?”. Sebelah alisku
terangkat dan tersenyum kepadanya. “Namaku Katherin,baiklah aku akan berkencan
denganmu tampan”. Brian yah dia mempunyai rambut coklat keemasan, hidung agak
besar dan mancung, bibir tipis dan tinggi badannya sekitar 179 cm, lumayan
tampan. Brian adalah orang asli Inggris, dia belum mempunyai kekasih sampai
sekarang, apa namanya berkaitan dengan keadaanya sekarang? Gumamku sambil
tertawa sebentar. Dan begitulah pengakuannya. Percaya? Tidak. Itu hanyalah
taktiknya untuk semua para wanita yang dikencaninya. Aku tahu itu. Brian
mengajakku jalan-jalan. Tentu saja dengan mobil tua keberuntunganku.
Brian yang mengemudi dan aku
yang duduk di kursi penumpang. Tentu saja dengan begitu aku akan cepat
membunuhnya. Gumamku. Mobilku melaju dengan cepat dan akhirnya Brian
memberhentikan mobilnya di tengah-tengah jalan. Sepi . “Kau tahu Katherin kau
sangat cantik sekali ”. Kemudian tangannya menggenggam tangan kananku. Dengan
secepat kilat aku menancapkan belati perakku ke lehernya.”Arrgghh a apa yang
kau lakukan?” erangan Brian yang kesakitan. “Dan aku tahu itu, mungkin jika aku
berpakaian lebih seksi lagi tidak seperti ini banyak kemungkinan aku mengundang
selusin vampir ”. ejekanku yang khas. Saat dia mau menendangku aku menancapkan
belati perak lagi ke dadanya. Brian meronta kesakitan. “Apa yang kau inginkan?”
. aku mencondongkan tubuhku ke depan. “Oh tidak hanya saja aku ingin mengurangi
atau menghabisi semua penghisap darah atau para iblis”. Bisikku. “Bedebah kau.
Dasar wanita sialan”. Makinya. “Dan kau tahu lagi semakin banyak kau bergerak
semakin belati perak itu menembus jantungmu dan kau mati”. Sebelah alisku
terangkat dan tersenyum menyeringai. “Bedebah kau, dasar wanita sialan, kubunuh
kau!!” menyerangku agak lambat. “Tidak secepat itu, pergilah ke neraka
penghisap darah oh bukan tapi iblis” . Aku memelintirkan belati perak itu ke
dadanya dan menembus jantungnya. Mati sudah. Akhirnya aku tidak gagal lagi.
Menguburnya di sini adalah jalan satu-satunya. Jika Brian tidak mengajakku
bicara sampai berjam-jam maka mayatnya tidak akan ku kubur disini. Kesalku.
“Aku puaaassssss sekali
hahahahahaha....huuuuhhhhh...”. Aku mengemudi dengan kencang dan yah suasana
hatiku sangat..sangatlah sedang baik.
Bingo. Aku beruntung lagi. Setelah sampai di rumah aku mandi dan tidur
dengan pulas. Teettttt. Aku mengangkat telepon. “Iya disini rumah Sarah
Brenner”. Suaraku serak akibat berteriak terlalu senang. “Katherine apa kau
masih tidur? Ini jam berapa sekarang? Apa kau tidak kuliah?”. Ibuku marah dan
membangunkanku dari telepon. Aku mengusap mataku dan Astaga ini jam 8. Bodoh
kau Kat aku bisa terlambat ke kuliah. Tapi ini hari Minggu kuliah libur. Aku
tertawa lega. “Tidak bu, hari ini kuliah libur”. Jawabku tenang. “Kalau begitu
berhati-hatilah di rumah Kat, kemungkinan ibu pulang besok, di sini darurat”.
“Baiklah bu, aku mencintaimu”. Aku tutup teleponnya dan kembali tidur.
Kebiasaan terburukku jika liburan pasti banyak tidur. Jika tidak aku tidak akan
bisa beroperasi lagi malam ini. Pikirku yang bodoh tapi masuk akal.
Bagian terpentingnya adalah hari
ini ibu masih di rumah kakek-nenek dan operasiku pasti akan berjalan lancar dan
mulus. Dan hari ini adalah hari Minggu dimana akan ada selusin vampir yang akan
datang. Kemungkinan. Akan sangat
beresiko dan juga sulit untuk mengalahkan mereka semua hanya dengan diriku sendiri
yang menyerangnya. Pikirku. Ah bodoh yang terpenting aku tidak boleh meloloskan
salah satu dari mereka dan akan membunuhnya. Membawa banyak belati perak adalah
bagian terpenting juga.
Sekarang saatnya untuk memburu
para vampir yang kelaparan dan haus darah. Apakah kau takut Katherin? Oh tidak.
Siap meluncur kemudian aku tarik napas dan menancapkan pedel gas mobil tuaku
dan melaju kencang.
Di
Bar. Astaga banyak sekali yang datang. Aku langsung duduk. Seperti biasa di
depan bertender dan memesan minuman. Tentu saja bukan minuman keras. “Ternyata
kau di sini, ayo kita pergi”. Ajak seorang pria itu. “Maaf?” tanyaku heran
kepadanya. “Kau yang mengajakku kencan kemarin malam kan? Dan sekarang ayo kita
pergi”. Astaga. Pantas saja aku merasakan aroma dan hawa aneh sejak tadi tapi
aku tidak menyadarinya. Bodoh sekali. “Kau tidak minum dulu atau...”. pintaku
terhadap pria itu. “Jika kau menundanya sekarang maka...”. kalimat itu
menggantung. “Tidak tentu saja aku mau, ayo kita pergi”. Kami menuju ke parkir.
“Sebaiknya kau yang menyetir karena aku sedikit pusing”. Mataku berkedip dan
menggodanya. “Sepertinya kau tidak sedang mabuk jadi,kau saja yang mengemudi”.
Oh sial ternyata tidak mempan. “ehm ehm kau saja karena hari ini badanku sedang
tidak enak, kau tidak mau kan kalau nantinya aku akan menabrakkan mobilku ke
sesuatu.” Tawarku . “Jika kau semakin menundanya maka aku akan....”. “Tidak,
tidak...maksudku baiklah aku yang akan mengemudi”. Ayolah Katherin bagaimana
kau nantinya akan membunuh vampir satu ini jika dia duduk di kursi penumpang,
sedangkan kau yang menyetir?. Benar-benar sial.
“Ehmm namaku Kat..maksudku
Katherin ”. Jawabku dengan gugup. “Kurasa bagian perkenalan, menurutku tidak
penting”. Menoleh ke arahku dan tersenyum menyeringai. Oh benar-benar pria yang menyebalkan. Setidaknya saat aku
membunuhnya aku akan menyiksanya terlebih dahulu. Gumamku. “Apakah masih
jauh?”. Tanya pria itu dengan penasaran. “Oh tidak, sebentar lagi pasti sampai
di sana ada pemandangan yang cukup indah”. Cittttttt... aku mengerem mendadak
dan akhirnya sampai. Aku menghirup napas sekali yah agar tidak gugup saat
berbicara dengannya. Saat aku akan menoleh ke arahnya, tiba-tiba Buuuggggg.... Suara kepalan tangan dan
mengarah ke arahku. Aku pingsan dan sepertinya hidungku berdarah.
Gelap, sunyi, dingin, dan
sepertinya aku mendengar suara air yang mengalir. Aku terbangun dengan
pandangan yang agak kabur sedikit. Tangan dan kakiku diikat erat sekali
sampai-sampai aku tidak bisa melepaskannya. Dimana sekarang aku berada? Dan
dimana pria itu menghilang? Aarrgghh.. sepertinya hidungku masih berdarah.
Suara kaki melangkah ke arahku. “Siapa kau? Dan dimana aku sekarang? Jika kau
tidak mengatakannya dengan jujur kepadaku maka aku akan membunuhmu!!. Nada
ancamanku. “Silahkan saja sayang aku tidak takut padamu”. Suara itu terdengar
tidak asing di telingaku. “Ka...kau”. “Yup benar..aku pria yang akan kau
kencani, merasa takut pussy Cat?”. “Namaku Kat, bukan pussy Cat dan aku tidak
takut padamu”. Bentakku untuk menghilangkan rasa takutku. “Tapi kau seperti
anak kucing yang sedang ketakutan jadi aku akan memanggilmu pussy Cat”.
Tersenyum menyeringai dan terlihat menyebalkan. “Katakan kepadaku siapa
bosmu?”. Pria itu mencondongkan tubuhnya ke arahku dan berlutut. “Tidak ada”.
Ketusku. “Ayolah pussy Cat aku sedang tidak ingin bermain secara kasar
terhadapmu”. “Aku memang tidak mempunyai bos dan aku tidak tahu apa maksudmu
bertanya seperti itu!!”. Bentakku lagi dan memelototkan mataku ka arahnya.
Tangannya memegang kedua pipiku secara kasar sehingga darah di hidungku keluar
lagi. “Jadi kau tidak mau mengaku siapa bosmu? Baiklah sepertinya kau tidak
tahu apa yang akan aku lakukan kepadamu sekarang”. Nada ancamannya. Aku hanya
menoleh dan tidak menatapnya. “Baiklah sepertinya kau benar-benar ingin mati
hari ini”. Pria itu menggosokkan kedua tangannya dan saling bergesek. “Ehhmm
mungkin jika kau mau mengaku siapa bosmu, kemungkinan kau akan kulepaskan
setelah kau menjawab semua pertanyaan yang ku ajukan kepadamu”. Penawarannya
sekali lagi. Tapi aku tetap diam dan tidak bicara. Kemudian pria itu semakin mendekat ke leherku
dan jantungku berdegup kencang sekali. “Baiklah pussy Cat pergilah kau ke
neraka”. Saat taringnya akan menyentuh leherku. “Astaga lihat itu...”. pria itu
memelototiku dan terkejut. “Bagaimana bisa? Jantungmu berdetak tapi matamu
berwarna hijau”. “Yah begitulah yang terjadi..saat aku sedang ketakutan
bercampur emosi, mataku selalu berubah berwarna hijau terang”. “Ini tidak
mungkin tapi kau..kau..”. Memegang kedua bahuku. “Manusia katamu? Bukan, aku
tidak sepenuhnya manusia, aku setengah manusia dan setengah vampir maka dari
itu aku mempunyai mata warna hijau saat aku sedang emosi”. Jelasku. Pria itu
lalu berdiri dan berjalan mondar-mandir dan membuatku bingung. “Ini akan
berhasil”. Ocehannya. “Apa katamu?”. Tanyaku dengan penasaran. “Baiklah pussy
Cat aku akan membuat suatu kesepakatan”. “Apa itu?”. “Bagaimana kalau kita
bekerja sama memburu vampir?”. Senyumnya dengan jari satu ditempelkan di
dagungnya. “Apa kau sudah gila? Kau ingin aku bekerja sama denganmu untuk
membunuh kaummu sendiri? Tapi kenapa?”. “Itu memang benar, kau tidak perlu
tahu, jika kau mau bekerja sama denganku maka aku tidak akan membunuhmu dengan
taringku dan pekerjaan ini akan sangat menguntungkan bagimu”. Yakinnya.
“Bagaimana jika aku tidak ingin melakukannya dan bekerja sama denganmu?”.
Dengan penasaran itulah pertanyaan bodoh yang kutanyakan pada vampir. “Ayolah
pussy Cat dalam satu detik aku sudah mengenalmu kau tidak ingin orang-orang
yang kau sayangi terbunuh sia-sia kan?”. Oh sial dia sudah mengenalku sejak
tadi bagaimana caranya lari kalau seperti ini. “Baiklah aku terima pekerjaan
ini, tapi lepaskan terlebih dahulu ikatanku”. Aku agak merengek dan
melodramatis.
Dan satu-satunya yang aku
pikirkan adalah bagaimana caranya aku lari dari tempat ini dan pulang, segera
membawa ibuku dan juga kakek-nenekku untuk pindah ke negara ini sejauh-jauhnya.
“Baiklah pussy Cat malam ini kau boleh pulang dan besok kau harus ke gua ini
pukul 9 pagi dan jangan coba-coba untuk lari atau kabur dariku”. Mendekat ke
arahku . “Jika kau berusaha untuk lari dariku maka aku akan menemukanmu”. Nada
ancamnya lagi. “Baiklah aku akan pergi sekarang”. Segera aku tancapkan gas dan
menyetir dengan kencang. Akhirnya aku dapat lari dari gua dan pria sialan itu.
Siapa yang ingin bekerja sama dengan penghisap darah. Dasar iblis . Mayat hidup
tak berdetak. Celotehku dan makiku.
Akhirnya aku sampai rumah.
Tok..tok..tok “ ibu cepat buka pintunya ini penting”. “Ada apa Katherin?”.
Tanya ibuku dengan khawatir. “Ibu maafkan aku tapi aku harus mengatakan ini,
ada seseorang yang ingin membunuh kita bu, dan kau tahu melibatkan polisi atau
sherif atau apa saja tidak akan mempan, orang ini sangat berbahaya sekali,
sebaiknya ayo cepat kita pergi dari sini dan membeli tiket pesawat, ayo cepat
bu!!”. Ibuku melongo sejenak dan seakan tidak percaya dengan apa yang aku
katakan. “” Kalau begitu ayo cepat bereskan barang-barangmu dan ibu akan
membereskan barang-barang ibu dan nanti ibu akan menelepon kekek-nenekmu untuk
membereskan barang-barangnya juga. “Baiklah bu ayo bergegas!”.
Selamat tinggal California, kota
kelahiranku aku mencintaimu. Dan itu adalah kata terakhirku pada saat akan
menaiki pesawat. Oh untungnya aku terbebas dari penghisap darah itu. Dasar
vampir menyebalkan. Sesaat aku langsung tertidur. “Katherin bangun kita hampir
sampai”. Ibuku menggoyangkan tubuhku. Aku terbangun dan sepertinya tidurku
nyenyak sekali. Ingat pussy Cat seberapun
kau menjauh dan lari dariku aku tetap akan menemukanmu. “Siapa itu?”. Aku
tersentak kaget saat ada bisikan seperti itu. “Ada apa Katherin?”. Tanya ibuku
khawatir. “Tidak bu aku tidak apa-apa”. Aneh sekali sepertinya tadi aku
mendengar bisikan yang mengerikan dan ini membuatku merinding.
Setelah pesawatnya mendarat, yah
seperti biasa aku selfie terlebih dahulu setidaknya itu membuatku terhibur. “Bu
apa nama tempat ini?”. Aku memang tidak tahu apa nama tempat ini. “Ini Chicago Katherin”. “Apa???”. Lebih baik
aku tidak lari, kenapa harus ke Chicago? Dengan begini penghisap darah itu akan
begitu mudah menemukanku oh benar-benar sial. “Memangnya kenapa Katherin? Apa ada
yang salah dengan tempat ini?”. “Oh tidak hanya saja aku terkejut”.
Ini
benar-benar menyebalkan. Memulai belajar lagi dan lagi. Kampus baru dan teman
baru. Persetan dengan teman toh juga aku tidak mempunyai teman sama sekali. Sebaiknya
hari itu aku mati saja di tangan penghisap darah itu. Gumamku saat berjalan
menuju kampus. Zeeessttt. Astaga apa
itu?.
To Be Continued
Boleh Comment asal jangan spam yaahh. Let's Read.