Selasa, 06 Oktober 2015

EARLY DARKNESS


Sebelumnya maaf dulu karena sedikit mirip dengan novel lain tapi ending saya buat berbeda. Terima kasih.

EARLY DARKNESS
“THE VAMPIRE HUNTER”
BAB 1

Tubuhku terasa remuk saat perkelahianku tadi dengan vampir. Yang benar saja jika saja aku sepenuhnya manusia pasti aku sudah mati dan orang-orang sudah menabur bunga di atas pemakamanku.
Sepertinya akan susah untuk mengendarai mobil tua ini ditambah ada seekor mayat vampir di bagasi. Aku mendengus, lalu aku mengendarainya dengan cepat.Sangat cepat. Akhirnya hari ini aku bisa membunuh seekor vampir, semoga besok aku beruntung lagi dan membunuhnya. Citttttttt....aku mengerem terlalu mendadak “Oh sial” kataku dengan kesal dan takut “Apa yang sedang dilakukan Sherif malam-malam seperti ini?”. Yang pasti selalu mengecek para pengendara atau seseorang yang mencurigakan. Pikirku dengan bodoh.
“Hai nak apa yang kau lakukan malam selarut ini? Ini jam 2 sudah hampir fajar” kata Sherif itu dengan menyenteri aku dari atas sampai bawah. “Oh tidak ada pak hanya saja aku memerlukan angin untuk dihirup, ya kau tau seorang mahasiswa butuh refreshing sedikit setelah lama belajar kan?”. “Benarkah begitu? Lalu apa yang ada di dalam bagasimu itu aku akan memeriksanya”. Oh sial gumamku. “Oh tidak, kau tidak perlu memeriksanya di dalamnya hanya berisi buah-buahan”. Bohongku. “Kalau begitu salah satunya ada yang bocor, kau tidak mau melihatnya?”. Tanyanya dengan curiga. “Tidak perlu” suaraku melengking. “Aku sudah terbiasa dengan hal itu jadi tidak usah khawatir, apakah aku boleh pergi Sherif?”. Aku memiringkan kepala dan menyipitkan mataku dengan memohon. “Baiklah. Tapi dengarkan aku jangan keluar malam-malam seperti ini tidak baik untuk seorang wanita sepertimu”. “Aku akan mencobanya” aku melajukan mobil dengan kencang. Walaupun sudah karatan toh kecepatannya masih sangat berfungsi.
Akhirnya aku terbebas dari Sherif gila itu. Jika saja tadi aku tidak melodramatis pasti aku sudah di sel penjara sekarang, saat ini juga. Aku berteriak senang di jalanan seperti orang gila. Bagaimana tidak? Hari ini ada dua keberuntungan berpihak padaku. Yang pertama aku berhasil membunuh seekor vampir dan yang kedua aku berhasil membodohi Sherif. Yah menurutku keberuntungan ke dua tidaklah begitu menguntungkan tapi menurutku itu menarik.
Aku membuka pintu dengan pelan-pelan. Jika tidak ibuku pasti sudah memarahiku aku keluar malam-malam. “Katherin apa itu kau?” tanya ibuku dari dapur. Mati aku, aku lupa kalau ibuku sudah bangun sejak tadi. Lalu aku akan bilang apa padanya? Apakah aku akan memberitahukan kabar gembiraku ini bahwa aku berhasil membunuh seekor vampir malam ini? Oh tentu tidak. “Katherin..!! jangan bohong aku tahu kau di sana”. Seru ibuku memanggilku. “iya bu ada apa?” suaraku datar tanpa ada masalah. “Tidak, hanya saja ibu khawatir terhadapmu, sejak tadi ibu panggil kau tidak mengeluarkan suara sekalipun”. Deg. “ehm aku ehm a aku sejak tadi di kamar mandi bu, perutku terasa sakit , aku terkena diare”. Jawabku dengan percaya diri dan aku ber-bo-hong. “oh ibu kira kau keluar malam lagi, jangan lupa minum obat lalu istirahat, kalau tidak ibu akan memukulmu nanti”. Dengan nada mengancam. Yah sebetulnya ibuku tidak berniat begitu dia hanya sangat khawatir kepadaku. Aku mendengus sekali. “Baiklah bu”.
Aku segera mandi setelah itu berganti pakaian piyama. Lalu aku merebahkan tubuhku di atas kasur yang masih sakit dengan perkelahian hari ini. Aku masih membayangkan hari ini aku membunuh seekor vampir dan menguburnya. Aku memotong kepalanya sekedar untuk berjaga-jaga agar tidak hidup lagi. Aku heran kenapa ada vampir di dunia ini? Aku kira vampir itu hanya mitos yunani yang dibuat-buat oleh orang-orang terdahulu. Gumamku. Tapi adanya vampir itu memang benar-benar ada. Apa ada makhluk lain yang mengerikan selain vampir? Gumamku. Kemudian aku mengerjapkan mata.
                Kuliah hari Sabtu ini sangat membosankan. Bagaimana tidak?. Dosennya hanya mengoceh dan menurutku tidak menarik. Dosennya saja tidak rupawan mana mungkin ada mahasiswa yang tertarik untuk mendengarkan ocehannya. Celotehku sendiri. Setelah itu aku segera pulang.
                “Hai bu” aku mencium pipi kanan ibuku. “oh iya Katherin hari ini ibu tidak di rumah, ibu akan ke rumah kakek-nenekmu, dengan terpaksa kau harus tinggal di rumah sendiri, ingat jangan keluar malam lagi dan jangan lupa untuk mengunci semua pintunya”. “Siapp bosss...aku mencintaimu ibu hati-hati di jalan”. Akhirnya hari ini aku bisa beroperasi dengan lancar tanpa ada kecurigaan sekalipun. Mungkin aku akan berangkat jam 8 oh tidak aku akan berangkat jam 12. Tepat para vampir atau penghisap darah berkeliaran. Tawaku dengan bangga dan senang.
                Sementara itu aku mandi dan berdandan dengan molek agar para vampir terpikat olehku dengan begitu akan begitu mudah untuk memburu mereka semua. Aku tersenyum puas. Aku hanya mengenakan celana jeans agak longgar, tank top dengan hem merah panjang selutut dan sepatu coklat dan tidak lupa belati perak yang aku selipkan di saku sepatu coklatku yang agak besar dan tebal. Tidak lupa dengan sekop untuk menggali kuburan mereka. Oh tentu saja aku menaruhnya di bagasi dulu. Itu bagian terpentingnya. SIAP MELUNCUR Katherin Brenner.
                Di Bar seperti biasa hari Sabtu sangat ramai dan padat. Aku duduk di kursi depan bertender yang menyiapkan minuman. Aku hanya memesan air putih biasa. Yah aku tidak minum minuman keras hanya akan merusak sel-sel kita dan melemahkan saraf otak. Berjam-jam aku duduk di sini tapi tidak ada seekorpun vampir yang datang. Tidak, aku tidak mencium aromanya dan hawa udara seperti aliran listrik juga tidak kurasakan. Aku sudah merasa bosa. Memburu vampir? Tidak. Tapi para pria murahan yang memohon untuk memaksaku berdansa dengannya. Mereka akan mengacaukan aku dalam beroperasi kali ini. Tiba-tiba. Aku merasakan hawa aneh di udara dan aromanya seperti...vampir. Gumamku. Rambut yang berwarna platinum, hidung mancung, tinggi badan sekitar 180 cm, lampu di bar berkelap-kelip yang menyebabkan kulit pucat pria itu berkilauan, sangat tampan dan menawan. Tidak , tidak Katherin kau tidak boleh seperti itu tujuanmu kesini hanya satu. Memburu vampir. Bukan mengomentari mereka secara fisik.
                “Hai tampan mau berdansa denganku?” kataku yang menggoda tapi menjijikkan. Tampan? Tidak itu hanya taktikku beroperasi malam ini. “Jangan sekarang!!” Suara yang lembut tapi lantang saat diucapkan. “Maaf?” sebelah alisku terangkat. “Jadilah gadis yang baik  dan menjauh dariku nanti aku akan menemukanmu”. Pria itu pergi dan meninggalkanku. Kemudian aku pergi ke toilet apa ada yang salah. Tidak. Tidak ada yang salah denganku. Apa aku terlalu blak-blakan mengajak dansa atau sekedar kencan dengannya. Aku kembali ke kursi dan aku mencium hawa aneh di udara. Tepat sekali. Ada vampir lagi dan tidak boleh lolos kali ini.  “Hai cantik mau berkencan denganku, Namaku Brian Jones”. Pria itu berkenalan dengan sopan. Aku menoleh “Tentu”. “Ayolah setidaknya diantara kita ada yang bersikap sopan benarkan?”. Sebelah alisku terangkat dan tersenyum kepadanya. “Namaku Katherin,baiklah aku akan berkencan denganmu tampan”. Brian yah dia mempunyai rambut coklat keemasan, hidung agak besar dan mancung, bibir tipis dan tinggi badannya sekitar 179 cm, lumayan tampan. Brian adalah orang asli Inggris, dia belum mempunyai kekasih sampai sekarang, apa namanya berkaitan dengan keadaanya sekarang? Gumamku sambil tertawa sebentar. Dan begitulah pengakuannya. Percaya? Tidak. Itu hanyalah taktiknya untuk semua para wanita yang dikencaninya. Aku tahu itu. Brian mengajakku jalan-jalan. Tentu saja dengan mobil tua keberuntunganku.
                Brian yang mengemudi dan aku yang duduk di kursi penumpang. Tentu saja dengan begitu aku akan cepat membunuhnya. Gumamku. Mobilku melaju dengan cepat dan akhirnya Brian memberhentikan mobilnya di tengah-tengah jalan. Sepi . “Kau tahu Katherin kau sangat cantik sekali ”. Kemudian tangannya menggenggam tangan kananku. Dengan secepat kilat aku menancapkan belati perakku ke lehernya.”Arrgghh a apa yang kau lakukan?” erangan Brian yang kesakitan. “Dan aku tahu itu, mungkin jika aku berpakaian lebih seksi lagi tidak seperti ini banyak kemungkinan aku mengundang selusin vampir ”. ejekanku yang khas. Saat dia mau menendangku aku menancapkan belati perak lagi ke dadanya. Brian meronta kesakitan. “Apa yang kau inginkan?” . aku mencondongkan tubuhku ke depan. “Oh tidak hanya saja aku ingin mengurangi atau menghabisi semua penghisap darah atau para iblis”. Bisikku. “Bedebah kau. Dasar wanita sialan”. Makinya. “Dan kau tahu lagi semakin banyak kau bergerak semakin belati perak itu menembus jantungmu dan kau mati”. Sebelah alisku terangkat dan tersenyum menyeringai. “Bedebah kau, dasar wanita sialan, kubunuh kau!!” menyerangku agak lambat. “Tidak secepat itu, pergilah ke neraka penghisap darah oh bukan tapi iblis” . Aku memelintirkan belati perak itu ke dadanya dan menembus jantungnya. Mati sudah. Akhirnya aku tidak gagal lagi. Menguburnya di sini adalah jalan satu-satunya. Jika Brian tidak mengajakku bicara sampai berjam-jam maka mayatnya tidak akan ku kubur disini. Kesalku.
                “Aku puaaassssss sekali hahahahahaha....huuuuhhhhh...”. Aku mengemudi dengan kencang dan yah suasana hatiku sangat..sangatlah sedang baik. Bingo. Aku beruntung lagi. Setelah sampai di rumah aku mandi dan tidur dengan pulas. Teettttt. Aku mengangkat telepon. “Iya disini rumah Sarah Brenner”. Suaraku serak akibat berteriak terlalu senang. “Katherine apa kau masih tidur? Ini jam berapa sekarang? Apa kau tidak kuliah?”. Ibuku marah dan membangunkanku dari telepon. Aku mengusap mataku dan Astaga ini jam 8. Bodoh kau Kat aku bisa terlambat ke kuliah. Tapi ini hari Minggu kuliah libur. Aku tertawa lega. “Tidak bu, hari ini kuliah libur”. Jawabku tenang. “Kalau begitu berhati-hatilah di rumah Kat, kemungkinan ibu pulang besok, di sini darurat”. “Baiklah bu, aku mencintaimu”. Aku tutup teleponnya dan kembali tidur. Kebiasaan terburukku jika liburan pasti banyak tidur. Jika tidak aku tidak akan bisa beroperasi lagi malam ini. Pikirku yang bodoh tapi masuk akal.
                Bagian terpentingnya adalah hari ini ibu masih di rumah kakek-nenek dan operasiku pasti akan berjalan lancar dan mulus. Dan hari ini adalah hari Minggu dimana akan ada selusin vampir yang akan datang. Kemungkinan. Akan sangat beresiko dan juga sulit untuk mengalahkan mereka semua hanya dengan diriku sendiri yang menyerangnya. Pikirku. Ah bodoh yang terpenting aku tidak boleh meloloskan salah satu dari mereka dan akan membunuhnya. Membawa banyak belati perak adalah bagian terpenting juga.
                Sekarang saatnya untuk memburu para vampir yang kelaparan dan haus darah. Apakah kau takut Katherin? Oh tidak. Siap meluncur kemudian aku tarik napas dan menancapkan pedel gas mobil tuaku dan melaju kencang.
Di Bar. Astaga banyak sekali yang datang. Aku langsung duduk. Seperti biasa di depan bertender dan memesan minuman. Tentu saja bukan minuman keras. “Ternyata kau di sini, ayo kita pergi”. Ajak seorang pria itu. “Maaf?” tanyaku heran kepadanya. “Kau yang mengajakku kencan kemarin malam kan? Dan sekarang ayo kita pergi”. Astaga. Pantas saja aku merasakan aroma dan hawa aneh sejak tadi tapi aku tidak menyadarinya. Bodoh sekali. “Kau tidak minum dulu atau...”. pintaku terhadap pria itu. “Jika kau menundanya sekarang maka...”. kalimat itu menggantung. “Tidak tentu saja aku mau, ayo kita pergi”. Kami menuju ke parkir. “Sebaiknya kau yang menyetir karena aku sedikit pusing”. Mataku berkedip dan menggodanya. “Sepertinya kau tidak sedang mabuk jadi,kau saja yang mengemudi”. Oh sial ternyata tidak mempan. “ehm ehm kau saja karena hari ini badanku sedang tidak enak, kau tidak mau kan kalau nantinya aku akan menabrakkan mobilku ke sesuatu.” Tawarku . “Jika kau semakin menundanya maka aku akan....”. “Tidak, tidak...maksudku baiklah aku yang akan mengemudi”. Ayolah Katherin bagaimana kau nantinya akan membunuh vampir satu ini jika dia duduk di kursi penumpang, sedangkan kau yang menyetir?. Benar-benar sial.
                “Ehmm namaku Kat..maksudku Katherin ”. Jawabku dengan gugup. “Kurasa bagian perkenalan, menurutku tidak penting”. Menoleh ke arahku dan tersenyum menyeringai. Oh benar-benar pria yang menyebalkan. Setidaknya saat aku membunuhnya aku akan menyiksanya terlebih dahulu. Gumamku. “Apakah masih jauh?”. Tanya pria itu dengan penasaran. “Oh tidak, sebentar lagi pasti sampai di sana ada pemandangan yang cukup indah”. Cittttttt... aku mengerem mendadak dan akhirnya sampai. Aku menghirup napas sekali yah agar tidak gugup saat berbicara dengannya. Saat aku akan menoleh ke arahnya, tiba-tiba Buuuggggg.... Suara kepalan tangan dan mengarah ke arahku. Aku pingsan dan sepertinya hidungku berdarah.
                Gelap, sunyi, dingin, dan sepertinya aku mendengar suara air yang mengalir. Aku terbangun dengan pandangan yang agak kabur sedikit. Tangan dan kakiku diikat erat sekali sampai-sampai aku tidak bisa melepaskannya. Dimana sekarang aku berada? Dan dimana pria itu menghilang? Aarrgghh.. sepertinya hidungku masih berdarah. Suara kaki melangkah ke arahku. “Siapa kau? Dan dimana aku sekarang? Jika kau tidak mengatakannya dengan jujur kepadaku maka aku akan membunuhmu!!. Nada ancamanku. “Silahkan saja sayang aku tidak takut padamu”. Suara itu terdengar tidak asing di telingaku. “Ka...kau”. “Yup benar..aku pria yang akan kau kencani, merasa takut pussy Cat?”. “Namaku Kat, bukan pussy Cat dan aku tidak takut padamu”. Bentakku untuk menghilangkan rasa takutku. “Tapi kau seperti anak kucing yang sedang ketakutan jadi aku akan memanggilmu pussy Cat”. Tersenyum menyeringai dan terlihat menyebalkan. “Katakan kepadaku siapa bosmu?”. Pria itu mencondongkan tubuhnya ke arahku dan berlutut. “Tidak ada”. Ketusku. “Ayolah pussy Cat aku sedang tidak ingin bermain secara kasar terhadapmu”. “Aku memang tidak mempunyai bos dan aku tidak tahu apa maksudmu bertanya seperti itu!!”. Bentakku lagi dan memelototkan mataku ka arahnya. Tangannya memegang kedua pipiku secara kasar sehingga darah di hidungku keluar lagi. “Jadi kau tidak mau mengaku siapa bosmu? Baiklah sepertinya kau tidak tahu apa yang akan aku lakukan kepadamu sekarang”. Nada ancamannya. Aku hanya menoleh dan tidak menatapnya. “Baiklah sepertinya kau benar-benar ingin mati hari ini”. Pria itu menggosokkan kedua tangannya dan saling bergesek. “Ehhmm mungkin jika kau mau mengaku siapa bosmu, kemungkinan kau akan kulepaskan setelah kau menjawab semua pertanyaan yang ku ajukan kepadamu”. Penawarannya sekali lagi. Tapi aku tetap diam dan tidak bicara.  Kemudian pria itu semakin mendekat ke leherku dan jantungku berdegup kencang sekali. “Baiklah pussy Cat pergilah kau ke neraka”. Saat taringnya akan menyentuh leherku. “Astaga lihat itu...”. pria itu memelototiku dan terkejut. “Bagaimana bisa? Jantungmu berdetak tapi matamu berwarna hijau”. “Yah begitulah yang terjadi..saat aku sedang ketakutan bercampur emosi, mataku selalu berubah berwarna hijau terang”. “Ini tidak mungkin tapi kau..kau..”. Memegang kedua bahuku. “Manusia katamu? Bukan, aku tidak sepenuhnya manusia, aku setengah manusia dan setengah vampir maka dari itu aku mempunyai mata warna hijau saat aku sedang emosi”. Jelasku. Pria itu lalu berdiri dan berjalan mondar-mandir dan membuatku bingung. “Ini akan berhasil”. Ocehannya. “Apa katamu?”. Tanyaku dengan penasaran. “Baiklah pussy Cat aku akan membuat suatu kesepakatan”. “Apa itu?”. “Bagaimana kalau kita bekerja sama memburu vampir?”. Senyumnya dengan jari satu ditempelkan di dagungnya. “Apa kau sudah gila? Kau ingin aku bekerja sama denganmu untuk membunuh kaummu sendiri? Tapi kenapa?”. “Itu memang benar, kau tidak perlu tahu, jika kau mau bekerja sama denganku maka aku tidak akan membunuhmu dengan taringku dan pekerjaan ini akan sangat menguntungkan bagimu”. Yakinnya. “Bagaimana jika aku tidak ingin melakukannya dan bekerja sama denganmu?”. Dengan penasaran itulah pertanyaan bodoh yang kutanyakan pada vampir. “Ayolah pussy Cat dalam satu detik aku sudah mengenalmu kau tidak ingin orang-orang yang kau sayangi terbunuh sia-sia kan?”. Oh sial dia sudah mengenalku sejak tadi bagaimana caranya lari kalau seperti ini. “Baiklah aku terima pekerjaan ini, tapi lepaskan terlebih dahulu ikatanku”. Aku agak merengek dan melodramatis.
                Dan satu-satunya yang aku pikirkan adalah bagaimana caranya aku lari dari tempat ini dan pulang, segera membawa ibuku dan juga kakek-nenekku untuk pindah ke negara ini sejauh-jauhnya. “Baiklah pussy Cat malam ini kau boleh pulang dan besok kau harus ke gua ini pukul 9 pagi dan jangan coba-coba untuk lari atau kabur dariku”. Mendekat ke arahku . “Jika kau berusaha untuk lari dariku maka aku akan menemukanmu”. Nada ancamnya lagi. “Baiklah aku akan pergi sekarang”. Segera aku tancapkan gas dan menyetir dengan kencang. Akhirnya aku dapat lari dari gua dan pria sialan itu. Siapa yang ingin bekerja sama dengan penghisap darah. Dasar iblis . Mayat hidup tak berdetak. Celotehku dan makiku.
                Akhirnya aku sampai rumah. Tok..tok..tok “ ibu cepat buka pintunya ini penting”. “Ada apa Katherin?”. Tanya ibuku dengan khawatir. “Ibu maafkan aku tapi aku harus mengatakan ini, ada seseorang yang ingin membunuh kita bu, dan kau tahu melibatkan polisi atau sherif atau apa saja tidak akan mempan, orang ini sangat berbahaya sekali, sebaiknya ayo cepat kita pergi dari sini dan membeli tiket pesawat, ayo cepat bu!!”. Ibuku melongo sejenak dan seakan tidak percaya dengan apa yang aku katakan. “” Kalau begitu ayo cepat bereskan barang-barangmu dan ibu akan membereskan barang-barang ibu dan nanti ibu akan menelepon kekek-nenekmu untuk membereskan barang-barangnya juga. “Baiklah bu ayo bergegas!”.
                Selamat tinggal California, kota kelahiranku aku mencintaimu. Dan itu adalah kata terakhirku pada saat akan menaiki pesawat. Oh untungnya aku terbebas dari penghisap darah itu. Dasar vampir menyebalkan. Sesaat aku langsung tertidur. “Katherin bangun kita hampir sampai”. Ibuku menggoyangkan tubuhku. Aku terbangun dan sepertinya tidurku nyenyak sekali. Ingat pussy Cat seberapun kau menjauh dan lari dariku aku tetap akan menemukanmu. “Siapa itu?”. Aku tersentak kaget saat ada bisikan seperti itu. “Ada apa Katherin?”. Tanya ibuku khawatir. “Tidak bu aku tidak apa-apa”. Aneh sekali sepertinya tadi aku mendengar bisikan yang mengerikan dan ini membuatku merinding.
                Setelah pesawatnya mendarat, yah seperti biasa aku selfie terlebih dahulu setidaknya itu membuatku terhibur. “Bu apa nama tempat ini?”. Aku memang tidak tahu apa nama tempat ini. “Ini Chicago Katherin”. “Apa???”. Lebih baik aku tidak lari, kenapa harus ke Chicago? Dengan begini penghisap darah itu akan begitu mudah menemukanku oh benar-benar sial. “Memangnya kenapa Katherin? Apa ada yang salah dengan tempat ini?”. “Oh tidak hanya saja aku terkejut”.
                Ini benar-benar menyebalkan. Memulai belajar lagi dan lagi. Kampus baru dan teman baru. Persetan dengan teman toh juga aku tidak mempunyai teman sama sekali. Sebaiknya hari itu aku mati saja di tangan penghisap darah itu. Gumamku saat berjalan menuju kampus.  Zeeessttt. Astaga apa itu?.

To Be Continued

Boleh Comment asal jangan spam yaahh. Let's Read.